• SMK MUHAMMADIYAH 5 KISARAN
  • SMK Bisa-Hebat (Berilmu, Beriman, Berakhlak dan Beramal)

Muda Mulia Pantang Foya-Foya

"Masa muda adalah waktu emas, jangan sia-siakan dalam kesenangan semu." (Ibnu Qayyim al-Jauziyah)
Liburan telah tiba berbarengan dengan pergantian tahun masehi. Fix ini mah bakal panen keramaian di berbagai tempat. Secara, akhir tahun selalu dinanti banyak orang untuk mengumbar kesenangan dengan berbagai kegiatan.
Ada yang sekedar ngumpul bareng keluarga menghabiskan malam pergantian tahun dengan bakar jagung, bakar ayam, sambil nyalakan petasan dan kembang api. Ada juga yang sengaja bikin pesta pora baik dalam ruangan atau di alam bebas yang dekat dengan kemaksiatan. Having fun semua.

Bagi kita remaja muslim, momen pergantian tahun sering bikin dilema. Lantaran Islam nggak pernah ngajarin untuk merayakan pergantian tahun baru Masehi. Sementara teman-teman dekatnya malah sibuk bikin agenda seru-seruan di sana-sini. Mau ikut-ikutan, itu jelas-jelas bukan budaya Islam. Nggak ikut, dibully dan dijauhi teman. Lantas gimana dong?
Tahun Baruan Bukan Budaya Islam
Santuy aja. Tenangkan diri. Sebelum menentukan sikap, kita pahami dulu masalahnya. Peringatan tahun baru sudah dimulai sejak 45 tahun SM (Sebelum Masehi) pada masa Kaisar Julius Caesar. Bulan Januari sendiri dipilih menjadi bulan pertama karena dikaitkan dengan nama dewa Janus yaitu Dewa yang memiliki dua wajah satu menghadap ke (masa) depan dan satu lagi menghadap ke (masa) lalu atau ke belakang.

Pada tahun 1582 M, Paus Gregorius XIII mengubah Perayaan Tahun Baru Umat Kristen dari tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari. Kalender Gregorian yang kita kenal sebagai kalender Masehi dibuat berdasarkan kelahiran Yesus Kristus dalam keyakinan Kristen.
Seiring muncul dan berkembangnya agama Kristen, akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai suatu perayaan “suci” satu paket dengan hari Natal. Itulah mengapa ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu (Merry Christmas and Happy New Year).
Nah itu sedikit penjelasan ya. Jadi jangan sampai kita ikut-ikutan perayaan yang belum tau asal usulnya dan nggak mau cari tau infonya plus nggak tau hukumnya haram atau tidak ikut-ikutan acara tersebut. Karena kebiasaan buruk tersebut yang cuman ikut-ikutan tanpa landasan syariat islam kita merasa sah-sah aja bahkan dijadikan legalitas untuk nge-follow yang bukan berasal dari Islam. Astaghfirulloh
Tegas Rasulullah SAW mengingatkan : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Jangan sampai cuman karena niup terompet sambil teriak hitungan mundur di penghujung waktu pergantian kalender, akidah kita tergadaikan. Kemuliaan kita sebagai seorang muslim tercabut. Padahal tak ada anugerah terbesar yang kita terima dari Allah swt selain Iman dan Islam dalam diri kita. Jadi, jauhi budaya foya-foya yang bisa menjerumuskan kita pada kehinaan dunia akhirat. Catat!

Kunci Muda Mulia
Kemuliaan hidup kita bukan ditentukan oleh ridho manusia. Teman sebaya atau circle pertemanan kita. Emang nggak nyaman kalo dijauhi teman. Tapi jauh lebih nelangsa kalo perilaku kita melanggar hukum syariat dan nggak diridhoi sang Pencipta.
Sebagai remaja muslim, kunci kemuliaan hidup kita ditentukan oleh dua hal sebagaimana nasihat Imam Syafi’I dalam kitab Diwan-nya.
“Eksistensi seorang pemuda – Demi Allah – adalah dengan ilmu dan ketakwaan. Jika keduanya tidak ada padanya, maka tidak ada jati diri padanya.”

Pertama, ilmu yang akan mengantarkan kita pada kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat. Dalam sebuah halaqah, terjadilah diskusi antara guru dan para muridnya mengenai kemuliaan ilmu.
Salah seorang murid mengajukan pertanyaan kepada gurunya, Imam Syafi’i , “Wahai guru, berikanlah alasan kenapa ilmu bisa memuliakan seseorang yang memilikinya?”
Sang guru tersenyum lirih seraya menjawab, “Dari dirimu sendiri, engkau bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu dan membuktikan bahwa ilmu dapat memuliakan pemiliknya. Pada hakikatnya, engkau akan senang ketika ada seseorang yang memujimu karena keluasan ilmu yang engkau miliki. Demikian sebaliknya, engkau akan sedih dan marah ketika ada seseorang mencela keterbatasan ilmu yang ada dalam dirimu”.
Mendengar jawaban sang guru, murid itu akhirnya dapat memahami bahwa ilmu dapat mengangkat derajat seseorang. Artinya, orang yang berilmu lebih tinggi derajatnya beberapa tingkat daripada orang yang tidak berilmu.
Dalam kitab Diwan Imam Syafi’i, beliau pernah berkata: “Belajarlah! Karena tak seorang pun yang terlahir sebagai ilmuwan. Seorang yang berilmu, tak sama dengan orang yang bodoh. Pembesar suatu kaum jika bodoh, akan menjadi kecil saat pembesar berkumpul. Orang kecil jika pandai, akan tampak besar saat berada dalam perkumpulan.”

Kedua, ketakwaan yang menjadikan hidup kita mulia. Imam al-Ghazali menyebutkan ada 40 keutamaan yang didapatkan orang yang bertakwa. Diantaranya, dihilangkan kesulitannya, selalu diberi jalan keluar bagi masalahnya, dan diberi rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka.
Sebagaimana firman Allah, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya,” (Q.S. ath-Thalaq [65]: 2-3).
Ketakwaan itu lahir dari hasil menimba ilmu. Karena itu, jangan pernah lelah untuk terus belajar dan mengenal Islam lebih dalam. Ikut ngaji tanpa tapi tanpa nanti.
Kalo ada bestie yang ngajak ikut ngerayain tahun baru, ingetin aja kalo keseruan itu bisa menjerumuskan kita. Gak masalah dikatain cupu di mata mereka, tapi muila di hadapan Allah swt.

Sebaliknya, ajakin doi untuk ikut ngaji atau mengisi waktunya dengan muhasabah diri.
Allah swt mengingatkan kita, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr [59]: 18)
Ayat ini merupakan isyarat untuk melakukan muhasabah setelah amal berlalu. Karena itu Umar bin Khaththab ra berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab” (Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin (terj.), hlm. 478)
Kuy…saatnya kita berubah, menjadi pribadi yang baik dengan mengkaji Islam. Ingat nggak ada kata terlambat selama kita masih bernafas. Segera evaluasi diri, siapkan bekal sebelum bertemu Allah, jangan kebanyakan numpuk dosa. Karena sebaik-baik bekal adalah takwa yang membuahkan pahala. Muda mulia pantang foya-foya![]

 

Sumber: WAG Rahmat Taher

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Islam, Muhammadiyah, dan Seni

KISARAN - Seni sebagai bagian dari kebudayaan banyak berjasa untuk manusia. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari seni. Melaluinya, manusia bisa merefleksikan diri dan memaknai

05/07/2025 22:05 - Oleh RISYATNI - Dilihat 535 kali
Nasihat dan Bimbingan untuk Pemuda Muslim terhadap Diri, Agama, dan Masyarakat

Apa peran pemuda Islam dalam membangun masyarakat Islam? Kita perhatikan bahwa Al-Qur’an menyebutkan tentang “pemuda” di banyak tempat Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al

14/02/2025 22:41 - Oleh RISYATNI - Dilihat 1418 kali
Refleksi Lembaga Dakwah Islam sebagai Solusi Problematika Pemuda Saat Ini

Problematika dan isu di kalangan pemuda sosial di Indonesia selalu ramai diperbincangkan hingga saat ini khususnya mengenai gaya hidup dan kesejahteraan atau kemandirian finansial. Hal

14/02/2025 22:21 - Oleh RISYATNI - Dilihat 1514 kali
PPDB SMK Muhammadiyah 5 Kisaran Tahun Pelajaran 2025/2026

SMK Muhammadiyah 5 Kisaran mulai melaksanakan kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Pelajaran 2025/2026. Adapun pelaksaan PPDB SMK Muhammadiyah 5 Kisaran ak

16/01/2025 20:39 - Oleh RISYATNI - Dilihat 365 kali
Sibuklah Mengurusi Kekurangan Diri

Apakah kita sadar dengan kekurangan diri, tetapi memilih untuk mengabaikannya? Inilah salah satu musibah terbesar bagi seorang hamba! Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah meng

15/12/2024 22:30 - Oleh RISYATNI - Dilihat 566 kali
Fakta Mengenai Makam Nabi Muhammad SAW

Belum banyak yang tahu kalau makam Nabi Muhammad merupakan makam dengan lapisan segel paling ketat di dunia. Mari kita bahas Nabi Muhammad wafat di rumah Aisyah dan dimakamkan persis

26/11/2024 11:38 - Oleh RISYATNI - Dilihat 629 kali
Haruskah kita merayakan Hari Pria Internasional? Sejarah, Kontroversi, dan Maknanya

Setiap Tahun Pada Tanggal 19 November, Hari Pria Internasional (HPI) Dirayakan Di Seluruh Dunia.   Banyak orang akan bertanya-tanya mengapa pria perlu merayakan hari kesadaran ke

19/11/2024 09:44 - Oleh RISYATNI - Dilihat 4626 kali
Hari Pelajar Internasional

Hari Pelajar Internasional diperingati pada tanggal 17 November. Pada hari ini, kita mengenang keberanian ribuan pelajar di Praha yang berjuang demi kebanggaan nasional dan hak atas p

15/11/2024 01:15 - Oleh RISYATNI - Dilihat 2765 kali
Kisah Juraij, Ahli Ibadah yang Justru Durhaka kepada Ibunya

Kisah Juraij merupakan cerita yang sarat akan pelajaran berharga tentang hubungan antara seorang anak dan orang tuanya. Juraij, seorang ahli ibadah yang hidup pada masa Bani Israil, ter

03/10/2024 09:32 - Oleh RISYATNI - Dilihat 2984 kali
Kisah Urwah bin Zubair yang Membuat Kita Semakin Tabah Menjalani Hidup

Hisyam, putra Urwah bin Zubair meriwayatkan bahwa pada suatu hari ayahnya pergi mendatangi Al Walid bin Abdil Malik. Ketika sampai di Wadil Qura, dia merasakan rasa nyeri di kakinya. Ke

02/10/2024 00:52 - Oleh RISYATNI - Dilihat 2231 kali